![]() |
KALA ITU (5) |
Oleh: Cokelat Panas
Sosok Yayan, Raihan Ananta, laki-laki baik yang pernah kukenal. Cara bicaranya lembut, perhatian, murah senyum, dan selalu sabar ketika berhadapan denganku.
Kutatap beberapa fotoku bersama Yayan empat tahun yang lalu. Ingatanku lagi-lagi kembali ke masa di mana aku pertama kali bertemu dan mengenalnya. Ternyata sudah lama, sudah satu tahun kita tidak bertemu, Yan. Apa kabar?
Rasanya rindu sekali. Aku rindu mendengar suaramu, aku rindu melihat sikap lucumu, aku rindu ketika kamu berusaha keras mengejarku, Yan. Apa kamu tidak rindu padaku? Apa kamu sudah melupakanku? Apa kamu sudah lupa kata-katamu kala itu? Saat kamu percaya diri untuk terus mengejarku.
"Aku bilang juga apa, kita tuh pasti ketemu di kantin." Yayan datang menghampiri mejaku dan Ima.
Ima menyenggol lenganku, mencari jawaban siapakah laki-laki di hadapan kami. Tapi aku sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Yayan langsung mengambil alih kursi kosong di depanku, ia tersenyum. "Dulu ada orang yang bilang gini ke aku--" entah ada angin apa, tiba-tiba ia berbicara sendiri, "kalo kamu suka, kejar ia sampai dapat tapi kalo orang itu udah nolak kamu ya kamu harus pergi dari aksi mengejarmu." Ia kembali tersenyum, senyumnya yang manis dan terbayang olehku pada hari berikut, berikut, dan berikutnya.
Walapun saat itu aku sama sekali tidak menanggapi ucapanmu tapi sejujurnya aku amat-sangat mengingat dan menyimpan kata-kata itu sampai saat ini.
.
.
.
[CERPEN] KALA ITU (5) || COKELAT PANAS
Comments
Post a Comment